ASKEP GLUMERULONEFRITIS

BAB I
LANDASAN TEORITIS

A.  Defenisi
Glumerulonefritis adalah suatu penyakit yang mengenai system vasedel glumerolus ginjal, sehubungan dengan suatu reaksi immunologic telah dapat peradangan ditempat lain. Infeksi umumnya disebabkan oleh streptococus haemolytikus  beta tipe 12 (streptokokus nejuisogenik).
(Purnawan Junadi dkk, kapita selekta keookteran edisi 2 penerbit media aeseulapius  FK UI 1982, hal. 95)
Glomerulonefritis adalah  radang ginjal yang terutama   berdasarkan atas radang lengkung kapiler  dalam glomerulus.
(ahmad  Ramali dkk, Kamus Kedokteran  arti dan keterangan  istilah. Jakarta: jambatan,2003.hal.141)
Glumerulosnefritis adalah proses inflamasi ginjal yang melibatkan reaksi antigen-antibody sekunder terhadap infeksi ditempat lain pada tubuh, factor pencetus paling umum adalah streptococus beta hemolitik.
(Susan M. Tucker dkk, Standar Perawatan Pasien, edisi 5 vol. III, EGC.Hal. 973).



B. Etiologi
Peradangan yang sering kali menyebabkan glumerolusnefritis adalah :
Ø  Tonsiolofaringitis
Ø  Infeksi tractus respiratorius bagian atas
Ø  Infeksi kulit
Ø  Media infeksi gigi/akar gigi, dll.
(Purnawan Junaidi dkk.Kapita Selekta Kedokteran edisi 2, Penerbit Media Aesculapius FK UI 1982, hal. 95)
Glomerulonefritis dapat diklasifikasikan menjadi :
  1. Glmerulosnefritis akut, yaitu glomerulosnefritis yang timbul setelah terjadinya infeksi oleh kuman streptokokus yang nefrogenikdengan masa varen 1-4 minggu biasanya didahului oleh infeksi ditraktus respiratorius.
  2. Glomerulosnefritis kronis
( Purnawan Junaidi dkk , Kapita Selekta Kedokteran edisi 2 Penerbit Media Aesculapius FK UI 1982. hal. 95-96)







C. Patofisiologi
Streptokokus haemolyticus
Pengendapan kompleks antigen-antibody dikapiler-kapiler glumerulos
Terjadi reaksi peradangan (infeksi) → terjadi pengaktifan factor koagulan
                                                ↓                                                          ↓                     
                      Pengaktifan komponen          Dapat menyebabkan pengendapan fibrin
Pembentukan jaringan parut
Hilangnya fungsi glumerolus
                                                ↓
Terjadi peningkatan aliran darah dan peningkatan perixeabilitas kapiler
Glomerulos dan filtrasi glumerulos
                        ↓
Adanya kebocoran protein-protein plasma dan sel darah merah.
membran glomerolus rusak
Terjadi pembengkakan dan oedema diruang interstisium  bowmen
Meningkatkan tekanan  cairan intestinum sehingga dapat menyebabkan
colaps setiap glumerulos
Peningkatan tekanan cairan intertisium akan melawan fibrasi glumerulos
Pengaktifan komplemen menarik gel-gel darah putih dan
trombosit ke glumerolus
membrane glumerolus menebal
Glumerolusnefritis

( Elisabeth J. Corwin, Buku Saku Phatofisiologi Penerbit Kuku kedokteran, EGC. Hal. 1483)








D.  Manifestasi Klinis
Ø  Malaise, anorexia
Ø  Mual dan muntah
Ø  Sakit kepala dan demam
Ø  Hematuria, urine berwarna merah seperti air cucian daging
Ø  Oliguria (urine <400 cc)
Ø  Oedema biasanya mulai pada kelompok mata
Ø  BB bertambah
Ø  Nyeri dan panas pada daerah panggul
Ø  Pucat
Ø  Anemia
Ø  Letargi
(Susan M. Tucker dkk, Standar Perawatan Pasien edisi 5 vol. III EGC. Hal. 973)
(Purnawan Junaidi dkk, Kapita Selekta Kedokteran Media Aesculapius FK UI 1982, hal. 97 dan 98)

E.  Komplikasi
Ø  Hipertensi enselopati, sakit kepala, mengantuk, kelelahan, diplopia, pusing, kejang dan koma.
Ø  Tachicardi, tachypnea, distensi abdomen
Ø  Gagal ginjal akut
(Susan M. Tucker dkk. Standar Perawatan Pasien edisi 5 vol. III  hal. 973)

F. Penatalaksanaan
»   Therapy causal      
-     Pemberian obat antibiotic untuk membasmi kuman penyebab untuk streptococus obat terpilih adalah penicillin.
-     Untuk tipe lesi minimal dapat digunakan kortikostiroid dosis tinggi(60-100 mg prednisone sehari) yang kemudian dikurangi sedikit demi sedikit selang 3 bulan berdasarkan respon penderita.
»   Simtomatik
-     Bedrest sampai gejala klinik hilang
-     Diet dan menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit
§  Makanan lunak
§  Rendah garam ( tergantung derajat oliguria )
§  Rendah protein ( bila masih ada oliguria retensi nitrogen)
§  Untuk mencukupi kebutuhan kalor I diberikan tinggi karbohidrat , juga untuk mencegah  pemecahan protein dan mencegah ketosis
§  Pembatasan cairan
-     Pemberian antidiuretik
-     Pemberian obat antihipertensi, sebaiknya yang tidak mengganggu faal               
Ginjal
-     Timbang BB setiap hari.
(Purnawan Junaidi dkk,Kapita Selekta Kedokteran edisi 2 Penerbit Media Aesculapius FK UI 1982 hal. 98).

Pemeriksaan Penunjang
a)      Pemeriksaan urine
-          protoituria
-          BJ meningkat
-          Ditemukan adanya sel darah merah dan putih.

b)      Pemeriksaan darah
-          LED meningkat, leukositosis ringan
-          Peningkatan ureum dan kreatinin
-          Peningkatan liter antistreptolicin O
-          Peningkatan laju sediment darah
-          Protein reaktif –C (CRP)
-          Anemia ringan
c)      Pemeriksaan ronsen thorax
-          adanya oedema paru
-          cairan pleura
-          pembesaran jantung(terlihat pada dekompensasi jantung)
d)     kultur tenggorok
e)      lakukan EKG jika hiperkalemia
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

I.       Pengkajian Data
v  Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko :
-          Penyakit kompleks  immune seperti sistemik lupus eritemarius dan seleroderma
-          Pemajanan terhadap obat nefrotoksis atau bahan seperti antimicrobial, agen antiinflamasi, agen kemotherapy, media kontras, destisida, obat narkotika, logam berat.
-          Infeksi tenggorok atau kulit sebelumnya dengan streptokokus beta hemolitik atau hepatitis.
v  Pemeriksaaan fisik, berdasarkan survey umum dapat menunjukkan :
-          Oedema secara umum tampak pada wajah (periotbital)  dan kaki tetap dapat tampak sebagai asites, oedema paru, efusi pleura.
-          Hipertensia
-          Penurunan haluan uri ne dengan penurunan berat jenis
-          Urine gelap (berwarna the)
-          Peningkatan BB karena retensi cairan
-          Sakit kepala, peka, perubahan ringan pada mental karena hipertensi
                                             
v  Pemeriksaan diagnostic
-          urinalisis penunjukkan, menunjukkan hemeturia gross, protein, leukosit
-          laju filtrasi glumerolus (LFG) menurun. Klirens kreatinin, pada urine digunakan sebagai pengukur LFG. Spesimen urine 24 jam dikumpulkan. Sample darah untuk kreatinin serum juga dirampung  dengan cara arus setengah ( medistream)
-           nitrogen urea darah dan kreatinin serum meningkat bila fungsi ginjal mulai menurun ini adalah temuan konsisten dengan berkembangnya glomerolusnefritis
-          Pielogram intravena (PIV) menunjukkan abnormalitas pada system penampungan ginjal (Collecting)  kewaspadaan harus diberikan bila kerusakan ginjal berat terjadi karena zat kontras dapat tertahan dan menyebabkan kerusakan ginjal tambahan.
-          Biopsi ginjal  secara akurat mendiagnosa jenis khusus dari glomerolusnefritis dan luasnya kerusakan.
-          Penampungan urine 24 jam mendeteksi jumlah dan jenis protein yang dikeluarkan
-          Pemeriksaan elektrolit menunjukkan peningkatan natrium dan peningkatan atau normal kadaar kalium dan klorida
v  Kaji pemahaman pasien tentang tindakan dan prognosis
Perhatikan sering  berpusat pada kemungkinan berkembangnya kerusakann ginjal
(Barbara Engram, rencana asuhan keperawatan medical  bedah , vol. 1, penerbit ECG, hal, 128-129)


II.   Diagnosa Keperawatan Retensi
1.      Perubahan vol. cairan b/d kerusakan volume cairan kapiler glomerolus sekunder terhadap proses inflamasi d/d edema, peningkatan TD, peningkatan BB.
 INTERVENSI
RASIONAL
1.Pantau
- kecenderungan BJ urine dan  proteinosta
-   masukan dan haluaran setiap 2-4 jam
- hasil laporan laboratorium serum :      elektrolit, BUN, kreatinin, albumin.
-   status umum setiap 8 jam
- timbang BB setiap hari timbangan waktu dan jumlah pakaian sama.
1. untuk mengidentifikasi kemajuan kearah/penyimpangan dan hasil yang diharapkan.
2. beritahu dokter tentang temuan yang menandakan  berkembangnya insufisiensi  ginjal yang meliputi peningkatan BUN dan kreatinin serum dan penurunan secara kontiniu haluaran urine. Berikan obat yang diserap( agen sitoksis seperti cytoxan/sortikostyroid) eperti prednisone
Untuk mencegah kerusakan glomeroluslanjut bila perkembangan glomerolusnefritis berjumlah cepat evaluasi efektifitas teraupetic. Maksimum dan hindari interaksi merugikan antara obat dengan obat. Konsul pada referensi farmakologi/ farmasi bila perlu.
2. Tindakan awal untuk progresi glomerolusnefritis adalah immunosupresif.  Tindakan segeraa diperlukan untuk memcegah penyakit ginjal tahap akhir, agen cyroroxie menghambat deposisi kompleks imun diglumerolus mungkin kortikostiroid mengurangi inflamasi pada glumerolus.
3. konsul dokter bila manifestasi kele bihan cairan menetap/memburuk terhadap tindakann. Sikap untuk hemodialisa  bila dianjurkan.
3. hindari mungkin diperlukan untuk mengeluarka produksi sisa nitrogen dan kelebihan cairan sampai fungsi glomerolus diperbaiki.
                                                                                                      
v  Evaluasi :
-          Mendemonstraikan ekuilibrium cairan dan biokimia.
v  Kriteria evaluasi :
-          TD antara 90/60-120/90 mmHg. Tidak ada oedema, natrium serum dalam batas  normal, Penurunan BB

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d factor anorexia dan kehilangan proteinsekunder terhadap kerusakan glumerolus d/d kelemahan, masukan makanan sedikit, keluhan penurunan nafsu makan, priteinuria.
INTERVENSI
RASIONAL
1.Pantau
- hasil albumin protein, hemoglobin, hemotoxit, BUN dan kreatinin serum
- persentase makanan yang dikomsumsi pasa sekali makan
- timbang BB setiap hari
1.Untuk mengidentifikasi kemajuan kearah penyimpangan dari hasil yang diharapkan. Hemoglobin dan hemotoksin rendah menyebabkan sedikit oksigen yang tersedia untuk digunakan oleh tubuh mengakitbatkan kelelahan. Peningkat an BUN dan kreatinin serum menandakan insufisiensi ginjal dan kebutuhan dialisa.
2.Berikan lingkungan yang nyaman, bebas bau pada saat makan
2.Nyeri dan bau menyebabkan aanorexia
3.Berikan makanan dalam porsi sedikit tapi sering, alokasikan waktu pemberian cairan sehingga pasien menerima sesuatu untuk diminum saat makan dan minum obat.
3.Makanan dalam porsi sedikit memungkinkan menyebabkan distensi gaster sehingga menurunkan mual.
4.Rujukan pasien pada ahli diet nutrisi ten tang modifikasi diet yang sdiprogramkan seperti pembatasan masalah natrium dibatasi untuk membantu menghilangkan retensi cairan
4.Ahli diet adalah ahli bidang nutrisi dan dapat membantu pasien memahami hubungan antara penyakit glomerolus dan pembatasan diet dan memilih makanan yang memenuhi kebutuhan nutrisi relative terhadap pembatasan diet kepatuhan ditingkatkan bila pasien memahami hubungan antara kondisi mereka terapi yang deprogram.
                  
v  Evaluasi :
-          Mendemonstrasikan tidak ada lagi kekurangan nutrisi
v  Kriteria hasil :
-                      BB stabil peningkatan masukan makanan, nilai laboratorium dalam batas normal.

  1. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d imonosupresi sekunder terhadap terapi steroid disfungsi immunologis d/d suhu 37,5 °c, malaise (tidak enak badan), peningkatan leukosit.
INTERVENSI
RASIONAL
1. pantau : suhu setiap 4 jam

1.Untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan kearah atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan
2.ikuti tindakan kewaspadaan umum(teknik mencuci tangan yang baik sebelum dan sesudah kontak langsung dengan pasien memakai sarung tangan bila kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh mungkin terjadi.
2.untuk mencegah infeksi nosokomial. Tindakan kewaspadaan umum menolong/melindungi pasi en dan yang merawatnya
3. konsul dokter manifestasi dari infeksi ditemukan seperti peningkatan suhu. Leukosit lebih dari 10.000/mm3 urine keruh, bau menyengat disuria jika diduga adanya infeksi saluran kemih lakukan pemeriksaan urine  bersih untuk kultur
3.Karena agen immunosupresif melemahkan kemampuan pasien untuk melawan infeksi yang dapat berkembang.

v   Evaluasi :
-          Tidak ada manifestasi dari infeksi
v   Kriteria hasil :
-          Leukosit antara  5000 -10.000/mm3, suhu 37°C  





4. Adanya ansietas b/d takut tentang kemungkinan memburuknya kerusakan ginjal, kurang pengetahuan tentang pemeriksaan diagnostic, rencana tindakan d/d meminta infenxasi, keluhan perasaan gugup, menyatakan kurang pemahaman, ekspresi wajah tegang.
INTERVENSI
RASIONAL
1. Anjurkan pasien dan orang mendekat untuk mengungkapkan rasa takut. Berikan privasi tanpa gangguan sediakan waktu bersamaan mereka untuk mengembangkan hubungan.
2. Berikan informasi tentang:
a. Sifat kondisi, khususnya hubungan antara intensishiptokokal kulit atau tenggorok dan glumerulonefritis.
b.  Tujuan tindakan yang diprogramkan.
c.  Pemeriksaan diagnostik
-   Tujuan              
-   Diskripsi singkat
-  Persiapan yang diperlukan sebelum                                             pemeriksaan.

1. Pasien yang merasa nyaman berbicara dengan perawat mereka sering terdapat memahami dan memasukkan perubahan kebutuhan dalam praktek kesehatan dengan sedikit kesulitan.
2. Pengetahuan harupan dan alasan mengapa membantu mengurangi ansieatas dan membantu mengembangkan kerja sama pasien dengan rencana therapeutik. (Barbara Engram. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Volume 1. Penerbit EGC. Hal 129-136).      

DAFTAR PUSTAKA
Junaidi, Purnawan DKK, Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 2. Penerbit Media Aesculapius. FK UI. Jakarta. 1982
Tucker, Susan Martin DKK, Standar Perawatan Pasien. Edisi 5, Vol. 3. EGC. Jakarta.
J. Corwin Elisabeth. Buku Saku Phatofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta
Engram, Barbara. Rencana Asuhan Keperawatan Medical Bedah, Vol. 1. EGC. Jakarta
                                                                           
























KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugrah-Nya yang melimpah kepada kami sehingga makalah ini dapat kami selesaikan.
Adapun tujuan pembuatan makalah ini yaitu sebagai tugas yang harus diselesaikan oleh Kelompok I di Politeknik kesehatan RI Medan Jurusan keperawatan pada mata kuliah Keperawatan Medical-Bedah (KMB) dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Glomerulosnefritis”
Dalam penyelesaian makalah ini penulis banyak menemui hambatan yang cukup berarti, namun berkat bantuan dari berbagai pihak baik dari dosen pembimbing maupun dari teman-teman, akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Ibu Adelima Simamora,S.Kep,Ns,M.Kes sebagai dosen pembimbing yang telah banyak membantu dan kepada teman-teman sehingga makalah ini dapat kami selesaikan
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak dimasa mendatang.
Medan,  April 2011
Hormat kami,



Penulis
Kelompok  I
 
Akhir kata kami mengucapkan terimakasih dan semoga makalah ini bermafaat bagi kita semua.










           


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................      i
DAFTAR ISI........................................................................................................       ii
BAB I : LANDASAN TEORITIS
A. Defenisi...............................................................................................................       1
B. Etiologi ...............................................................................................................       2
C. Pathofisiologi....................................................................................................       2
D. Manifestasi Klinis.............................................................................................       3
E. Komplikasi.........................................................................................................       4
F. Penatalaksanaan..............................................................................................       4
BAB II : ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Data...............................................................................................       7
B. Diagnosa Keperawatan Retenesi................................................................       9

DAFTAR PUSTAKA



Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "ASKEP GLUMERULONEFRITIS"

Post a Comment