ASUHAN
KEPERAWATAN KEGAWAT DARURATAN
SISTEM
KARDIOVASKULER DENGAN
“CONGESTIVE HEART FAILURE”
DISUSUN OLEH :
NURIANA : 13.01.028
PURNAMA IRAWAN : 13.01.029
RINALDI HASIBUAN : 13.01.031
SITI ALMIZA : 13.01.032
SUPRATMAN : 13.01.033
YENI ELFIA : 13.01.035
ASRUL HADI : 13.01.036
MAIRYAN MANDELLA : 13.01.037
ADAMSYAH : 13.01.038
AKADEMI
KEPERAWATAN HARAPAN MAMA
KABUPATEN DELI
SERDANG
TAHUN 2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Saat ini Congestive Heart Failure (CHF) atau yang biasa
disebut gagal jantung kongestif merupakan satu-satunya penyakit kardiovaskuler
yang terus meningkat insiden dan prevalensinya. Risiko kematian akibat gagal
jantung berkisar antara 5-10% pertahun pada gagal jantung ringan yang
akan meningkat menjadi 30-40% pada gagal jantung berat. Selain itu, gagal
jantung merupakan penyakit yang paling sering memerlukan perawatan ulang
di rumah sakit (readmission) meskipun pengobatan rawat jalan telah diberikan
secara optimal.
CHF adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke
seluruh tubuh (Ebbersole, Hess, 1998). Risiko CHF akan meningkat pada orang
lanjut usia(lansia) karena penurunan fungsi ventrikel akibat penuaan. CHF ini
dapat menjadi kronik apabila disertai dengan penyakit-penyakit seperti:
hipertensi, penyakit katub jantung, kardiomiopati, dan lain-lain. CHF
juga dapat menjadi kondisi akut dan berkembang secara tiba-tiba pada miokard
infark.
B.
Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mendapatakn pengetahuan mengenai penyakit
Gagal Jantung Kongestif yang menyerang sistem kardiovaskuler dan dapat
mengetahui bahwa bagaimana asuhan keperawatan gawat darurat pada klien dengan
Gagal Jantung Kongestif menggunakan pendekatan proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada
klien dengan gagal jantung kongestif
b. Mampu menentukan masalah keperawatan
pada klien dengan gagal jantung kongestif
c. Mampu merencanakan asuhan
keperawatan pada klien dengan gagal janutng kongestif
d. Mampu melaksanakan tindakan
keperawatan pada klien dengan gagal jantung kongestif
e. Mampu melaksanakan evaluasi pada
klien dengan gagal jantung kongestif
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
Definisi
Gagal jantung Kongsetif adalah ketidakmampuan jantung untuk
memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan
terhadap oksigen dan nutrient dikarenakan adanya kelainan fungsi jantung yang
berakibat jantung gagal memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
jaringan dan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian
tekanan pengisian ventrikel kiri (Smeltzer & Bare, 2001).
B.
Etiologi
1. Kelainan otot jantung
Gagal jantung sering terjadi pada
penderita kelainan otot jantung, disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung.
Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi otot jantung mencakup
ateroslerosis koroner, hipertensi arterial dan penyakit degeneratif atau
inflamasi
2. Aterosklerosis koroner mengakibatkan
disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi
hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium
(kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.
Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif berhubungan dengan gagal
jantung karena kondisi yang secara langsung merusak serabut jantung menyebabkan
kontraktilitas menurun.
3. Hipertensi Sistemik atau pulmunal
(peningkatan after load) meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya
mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung.
4. Peradangan dan penyakit myocardium
degeneratif, berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara
langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
5. Penyakit jantung lain, terjadi
sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya, yang secara langsung
mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya terlibat mencakup gangguan
aliran darah yang masuk jantung (stenosis katub semiluner), ketidakmampuan
jantung untuk mengisi darah (tamponade, pericardium, perikarditif konstriktif
atau stenosis AV), peningkatan mendadak after load 6.
6. Faktor sistemik
Terdapat sejumlah besar factor yang
berperan dalam perkembangan dan beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju
metabolisme (missal : demam, tirotoksikosis). Hipoksia dan anemi juga dapat
menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis respiratorik atau metabolic dan
abnormalita elektronik dapat menurunkan kontraktilitas jantung.
C.
Patofisiologi
Jantung yang normal dapat berespon terhadap peningkatan kebutuhan
metabolisme dengan menggunakan mekanisme kompensasi yang bervariasi untuk
mempertahankan kardiak output, yaitu meliputi :
a. Respon system saraf simpatis
terhadap barroreseptor atau kemoreseptor
b. Pengencangan dan pelebaran otot
jantung untuk menyesuaikan terhadap peningkatan volume
c. Vaskontriksi arterirenal dan
aktivasi system rennin angiotensin
d. Respon terhadap serum sodium dan
regulasi ADH dan reabsorbsi terhadap cairan
Kegagalan mekanisme kompensasi dapat dipercepat oleh adanya
volume darah sirkulasi yang dipompakan untuk melawan peningkatan resistensi
vaskuler oleh pengencangan jantung. Kecepatan jantung memperpendek waktu
pengisian ventrikel dari arteri coronaria. Menurunnya COP dan menyebabkan
oksigenasi yang tidak adekuat ke miokardium. Peningkatan dinding akibat
dilatasi menyebabkan peningkatan tuntutan oksigen dan pembesaran jantung
(hipertrophi) terutama pada jantung iskemik atau kerusakan yang menyebabkan kegagalan
mekanisme pemompaan.
D.
Manifestasi klinis
a. Gagal jantung kiri :
§ Letargi dan diaforesis
·
Dispnea/orthopnea
o Palpitasi (berdebar-debar)
o Pernapasan cheyne stokes
o Batuk (hemaptoe)
b. Gagal jantung kanan
·
Edema tungkai /kulit
·
Central Vena Pressure (CVP) meningkat
·
Pulsasi vena jugularis
·
Bendungan vena jugularis/JVP meningkat
·
Distensi abdomen, mual, dan tidak nafsu makan
·
Asites
E.
Penatalaksanaan Medis
1. Terapi Non Farmakologis
a. Istirahat untuk mengurangi beban
kerja jantung
b. Oksigenasi
c.
Dukungan
diit : pembatasan natrium untuk mencegah, mengontrol atau menghilangkan oedema
2. Terapi Farmakologis :
a) Glikosida jantung
b) Digitalis, meningkatkan kekuatan
kontraksi otot jantung dan memperlambat frekuensi jantung.Efek yang dihasillkan
adalah peningkatan curah jantung, penurunan tekanan vena dan volume darah
dan peningkatan diurisi dan mengurangi oedema.
3. Terapi diuretic, diberikan untuk
memacu ekskresi natrium dan air melalui ginjal. Penggunaan harus hati-hati
karena efek samping hiponatremia dan hipokalemia.
4. Terapi vasodilator, obat-obat
fasoaktif digunakan untuk mengurangi impadasi tekanan terhadap penyemburan
darah oleh ventrikel.
BAB
III
TINJAUAN
KASUS
1.
Pengkajian Keperawatan
Pengkajian Primer
Airway : Batuk dengan atau tanpa sputum, penggunaan
bantuan otot pernafasan, oksigen
Breathing : Dispnea saat aktifitas, tidur sambil duduk
atau dengan beberapa bantal
Circulation :
Riwayat HT IM akut, GJK sebelumnya, penyakit katub jantung,
anemia, syok dll. Tekanan darah, nadi, frekuensi jantung, irama jantung,
nadi apical, bunyi jantung S3, gallop, nadi perifer berkurang, perubahan dalam
denyutan nadi juguralis, warna kulit, kebiruan punggung, kuku pucat atau
sianosis, hepar ada pembesaran, bunyi nafas krakles atau ronchi, oedema.
Pengkajian Sekunder
a) Aktifitas/istirahat
Keletihan, insomnia, nyeri dada dengan aktifitas, gelisah,
dispnea saat istirahat atau aktifitas, perubahan status mental, tanda vital
berubah saat beraktifitas.
b)
Integritas ego
Ansietas, stress, marah, takut dan mudah tersinggung
c) Eliminasi
Gejala penurunan berkemih, urin berwarna pekat, berkemih
pada malam hari, diare / konstipasi
d) Makanana/cairan
Kehilangan nafsu makan, mual,
muntah, penambahan BB signifikan. Pembengkakan ekstremitas bawah, diit tinggi
garam penggunaan diuretic distensi abdomen, oedema umum, dll
e) Hygiene
Keletihan selama aktifitas perawatan diri, penampilan
kurang.
f) Neurosensori
Kelemahan, pusing, lethargi, perubahan perilaku dan mudah
tersinggung.
g) Nyeri/kenyamanan
Nyeri dada akut- kronik, nyeri abdomen, sakit pada otot,
gelisah.
h) Interaksi social
Penurunan aktifitas yang biasa dilakukan.
2.
Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan perfusi jaringan
berhubungan dengan menurunnya curah jantung, hipoksemiajaringan, asidosis,
thrombus atau emboli.
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan penumpukan secret.
c. Kelebihan volume cairan
ekstravaskuler berhubungan dengan penurunan perfusi ginjal, peningkatan
natrium / retensi air
d. Pola nafas tidak efektif berhubungan
dengan penurunan volume paru, hepatomegali, splenomegali
3.
Perencanaan Keperawatan
Diagnosa
:
Penurunan
perfusi jaringan berhubungan dengan menurunnya curah jantung,
hipoksemiajaringan, asidosis, thrombus atau emboli.
Intervensi :
a. Monitor frekuensi dan irama jantung
b. Observasi perubahan status mental
c. Observasi warna dan suhu
kulit/membran mukosa
d. Ukur haluaran urin dan catat berat
jenisnya
e. Kolaborasi : berikan cairan IV
sesuai indikasi
f. Pantau pemeriksaan diagnostik dan
lab. Missal EKG, elektrolit, GDA
Diagnosa :
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
penumpukan secret.
Intervensi :
a. Catat frekuensi & kedalaman
pernafasan, penggunaan otot Bantu pernafasan.
b. Auskultasi paru untuk mengetahui
penurunan/tidak adanya bunyi nafas dan adanya bunyi tambahan missal
krakles, ronchi
c. Lakukan tindakan untuk
memperbaiki/mempertahankan jalan nafas misal batuk, penghisapan lender
d. Tinggikan kepala / mpat tidur sesuai
kebutuhan / toleransi pasien
Diagnosa :
Kelebihan volume cairan ekstravaskuler berhubungan
dengan penurunan perfusi ginjal, peningkatan natrium / retensi air,
peningkatan tekanan hidrostatik atau penurunan protein.
Intervensi :
a. masukan/haluaran, catat penurunan,
pengeluaran, sifat konsentrasi, hitung keseimbangan cairan
b. Observasi adanya oedema dependen
c. Timbang BB tiap hari
d. Pertahankan masukan cairan 2000
ml/24 jam dalam toleransi kardiovaskuler
e. Kolaborasi : pemberian diit rendah
natrium, berikan diuretic
Diagnosa
:
Pola
nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan volume paru
Intervensi :
a. Monitor kedalaman pernafasan,
frekuensi dan kespansi dada
b. Catat upaya pernafasan termasuk
penggunaan otot Bantu nafas
c. Auskultasi bunyi nafas dan catat
bila ada bunyi nafas tambahan
d. Tinggikan kepala dan Bantu untuk
mencapai posisi yang senyaman mungkin.
e. Kolaborasi pemberian oksigen dan
pemeriksaan GDA.
BAB
IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Gagal jantung Kongsetif adalah
ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen dan nutrient dikarenakan adanya
kelainan fungsi jantung yang berakibat jantung gagal memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan dan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai
peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri
B.
SARAN
Diharapkan mahasiswa hendaknya benar – benar memahami konsep
dasar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Kegawatdaruratan Sistem Kardiovaskuler,
sehingga dapat menerapkan asuhan keperawatan yang komprehensif pada klien.
0 Response to "ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWAT DARURATAN SISTEM KARDIOVASKULER DENGAN “CONGESTIVE HEART FAILURE”"
Post a Comment